Skip to main content

MALAIKAT TANPA SAYAP #AYO JADI RELAWAN


Bagaimana?kata itu sangat familiar bukan?

Mungkin,bagi sebagian orang "malaikat tanpa sayap" itu adalah kalimat untuk sekumpulan manusia manusia berbaik hati dan pandai menabung.

Sebenarnya,iya bisa juga mereka disebut sebagai "malaikat tanpa sayap". Tetapi,taukah kalian siapa malaikat tanpa sayap yang sebenarnya?

Mereka, ada dimanapun tempat kita menginjakkan kaki di bumi ini.

Mereka, rela mengorbankan berbagai kesibukkannya yang mungkin... kesibukkannya menghasilkan banyak pundi pundi uang dan masa depan mereka yang lebih menjanjikan.

Disaat hastag "hidup itu keras" menjadi trending pikiran banyak orang, 
Hastag mereka sangat singkat dan tidak perlu menjadi trending pikiran.
"Tebarkan kebaikan,tebarkan senyuman,tebarkan perubahan baik!". Hastag mereka mungkin terdengar konyol,tidak masuk akal,atau bahkan terdengar so' suci.

Tetapi, mereka percaya,
Dengan mereka terus menanamkan hastag itu di dalam pikirannya,
Sekuat apapun sulitnya hidup,sepahit apapun cobaan di bumi ini,
Mereka akan selalu bahagia, dan tak kenal lelah. 
Siapa mereka?
Mereka adalah Para Relawan yang selalu siap siaga menerbakan kebaikan,senyuman dan juga melakukan perubahan baik. 
Mereka adalah malaikat tanpa sayap sebenarnya yang patut dibanggakan dan diberi dukungan sepenuh hati. 
 
Terima kasih, para relawan.

Tetap selalu dan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berbuat baik tanpa pamrih

Comments

Popular posts from this blog

IBU PERTIWI, CAHAYA NEGERIKU

I NDONESIA. 1.340 suku bangsa, 17.504 pulau, 546 bahasa. INDONESIA. Negeri indah tempat berpijak, negeri indah akan segala kekayaan didalamnya. Damai, tentram, aman, sejahtera, sentosa, adil, dan makmur. Itulah janji yang sering terucap oleh seluruh elemen pemimpin negeri Ibu Pertiwi dimanapun berada.  Tetapi.. Apakah itu semua sudah teratasi? Apakah itu semua sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia? Jawabannya? Beraneka ragam. Ada yang sudah merasa sangat menikmati segala janji, ada yang hanya merasakan sebagian, merasakan salah satunya, dan tidak sedikit pula yang belum sama sekali merasakan janji- janji yang terkesan sangat meyakinkan yang sering kali terucap melalui bibir para pemimpin Ibu Pertiwi.   Tahun 2019, tepatnya pada 17 April 2019, akan menjadi hari paling bersejarah ke- 8 bagi seluruh masyarakat Indonesia. Mengapa tidak? pemilihan pemimpin nomor satu di Indonesia akan kembali digelar 2 bulan lagi. Masa depan Negeri Ibu Pertiwi a

DEMI MAIL, AKU RELA

Perkenalkan, Namaku Udin. Udin Simarudin. Umurku saat ini sudah berkepala enam, tapi semangat dan keceriaanku tak kalah dengan kaum muda berkepala dua. Aku tidak hidup seorang diri, ada anak semata wayangku satu-satunya yang menjadi alasan utama mengapa aku harus semangat dan ceria. Istriku, orang yang paling kucintai lebih memilih jalan kehidupan lain. Dia bilang, hidup bersamaku membuat kulit tidak terawat, tidak pernah pakai baju bagus, tidak pernah makan makanan bergizi, ditambah, dia tidak mau mengurus anak yang tiada habisnya. Jadi, istriku memutuskan pergi meninggalkan aku dan anakku, Mail yang masih berumur satu bulan. Bagaimana kabarnya saat ini? entahlah aku tidak tahu. Karena dia benar-benar pergi tanpa meninggalkan jejak setitikpun kepadaku. Sedih? sudah pasti. Rindu? apalagi. Tapi apa daya, lelaki miskin harta seperti aku tidak bisa menjanjikan apa-apa. Jadi, waktu itu, lebih baik aku mengalah dan menghargai keputusan yang dibuat oleh istriku. Setelah menyaksikan keper

BUNGA MANIS

Hai, perkenalkan. Neneng, sahabatku (depan).   Bisa dibilang dia adalah bunga hidupku.  Setelah keluarga tentunya, dia adalah teman yang paling aku sayangi dan kulindungi. Aku tidak pernah menyangka akan sedekat ini dengan dia.  Awal pertama kali dikelas, dia sangat pendiam. Duduk di depan, belajar, dan selalu   memperhatikan dosen yang sedang mengajar. Pokoknya, dia rajin layaknya mahasiswa pintar dikelas.  Sedangkan aku, aku seperti biasa, berisik, cerewet, bercanda, pokoknya haha hihi adalah ciri khasku.  Aku tidak begitu ingat hari, dan jam kejadian itu, tetapi kalau kapan, aku sedikit ingat, yang jelas baru semester awal kami memasuki dunia perkuliahan yang meriah dan dipenuhi dengan kegembiraan. Saat itu, aku ke toilet sendiri. Setelah itu aku bercermin. Aku menanyakan pertanyaan ini kepada diriku sendiri. " itu orang ko diem banget sih, aneh. ngga ada ekspresinya sama sekali, gimana mau kenalan coba, orangnya diem kaya gitu". Kuucap sambil ber