Balita.
Bayi lima tahun?
Atau anak dibawah lima tahun?
Apapun itu jenis nama dan
singkatannya,mereka tetap seorang anak kecil yang memerlukan dan membutuhkan
banyak sekali kasih sayang,perhatian dan tentunya ajaran ajaran yang diperoleh
dari orang dewasa atau orang yang "setidaknya" dapat mengarahkan
kemana mereka harus Buang Air Besar *misalnya.
Bumi tetap berputar pada
porosnya. Tak hanya Bumi. Planet,matahari,bulan,dan bintang pun tetap sama dari
Pada Zaman Dahulu melaksanakan tugasnya. Tidak pernah ada perubahan. Jika pun
ada,berarti Hari Kiamat sudah Tiba.
Yang berbeda itu,Adalah kita kita
ini. Manusia.
Loh,beda apa?
Beda wujud menjadi Angsa?
Bukan bukan...
Bukan itu maksudnya...
itu loh
yang sering diucap oleh berbagai jenis kalangan masyarakat...
emm.. YA!betul
sekali! Jawabannya adalah “perubahan zaman!”.
Istilah perubahan zaman jika
ditelusuri lebih dalam, rinci, dan spesifik mempunyai arti yang begitu luas dan
membutuhkan waktu berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan untuk
menjelaskannya.
Tetapi, istilah yang sering
dilontarkan masyarakat tentang perubahan zaman disini adalah, perubahan gaya
hidup dan kebiasaan yang semakin modern dan juga canggih pastinya. Kebiasaan
dan gaya hidup ini tidak hanya berlaku untuk orang dewasa, tetapi berlaku juga
untuk golongan Balita.
Balita yang hidup di zaman
sekarang, yang disebut sebut sebagai zaman digital, memang harus adanya
pengawasan lebih extra hati hati dan waspada
Mengapa? karena “Seharusnya”, belum saatnya
balita harus menggenggam smartphone
yang sering anak remaja dan orang dewasa lakukan. Meski sudah adanya e-book, tetap saja kebiasaan menggenggam
buku dan membaca harus tetap dilatih sejak dini.
Jangan salahkan balita,jika
mereka tumbuh menjadi kanak kanak kidz zaman now golongan suka berkata kasar,
kecanduan smartphone, atau mungkin tidak dekat dengan orang tua karena sejak
balita sudah asyik diperhatikan oleh "baby
sitter" atau nenek mereka.
Karena balita tidak melakukan
kesalahan apapun. Mereka hanya melakukan apa yang mereka lihat dan lihat. Mau
bagus atau tidaknya itu,mereka hanya bisa melihat dan langsung secepat pesawat
terbang menirukannya. Karena otak mereka belum ada kontaminasi stress dan juga
jatuh bangun melaksanakan warna warninya kehidupan ini.
Kalau sudah begini,jadi salah
siapa?
Bukan ingin menyudutkan,tetapi
memang betul,ini adalah kesalahan orang dewasa. Terutama, orang tua.
Meski pembangunan trans
papua sedang mengalami serangan penembakan tak terduga,orang dewasa terutama orang tua, harus tetap memerhatikan tumbuh kembang sekumpulan balita yang hidup di zaman
yang serba bisa ini.
Jangan hanya pandai membentak
saja,tetapi harus pandai pula mendidik dan mengarahkan mana yang baik dan mana
yang tidak.
Membentak adalah cara paling
buntu jika mereka terus menerus melakukan kesalahan.
Dan cara membentakpun jangan
disamakan dengan cara membentak rekan kerja.
Membentak balita cukup dengan
memasang mimik muka yang "sedikit" tegas,tetapi masih terdapat rasa
sayang dan kelembutan di dalamnya. Dan Ingat! Jangan ada unsur kekerasan Secara
Fisik!.
Karna hal itu akan membuat mereka trauma dan Ditakutkan akan
menjadikannya pribadi yang "nekad berbuat atau melakukan sesuatu,termasuk
melakukan yang membahayakan keselamatannya",seperti mencuri,atau bahkan membunuh.
Selama zaman belum berakhir,
tidak ada kata terlambat untuk terus mengajarkan dan mendidikan para balita ke
arah yang benar dan tanpa adanya unsur kekerasan.
Jika seluruh balita berhasil di
didik dengan benar,kelak akan tumbuh menjadi kanak kanak yang baik,dan kemudian
menjadi orang dewasa yang berguna bagi orang orang disekitanya dan juga bagi
Negara tercinta,Indonesia.
Dengan begitu,tidak akan ada lagi
beredar berita kriminal yang saat ini sedang sangat merajalela melanda Negeri dengan
5 sila pancasila yang "kental" dengan Bhinekka Tunggal Ika.
Comments
Post a Comment