Skip to main content

OMBAK CAHAYA









Isak tangis, semakin merajai
Kecemasan, semakin menghantui
Penderitaan, semakin mendominasi
Kekecewaan, semakin menghampiri
Penyesalan, semakin misteri.

Tidak ada yang mengetahui
Tidak ada yang mengira
Tidak ada yang memprediksi.

Semakin lama, keyakinan terus bermunculan
Semakin lama, semakin kepahaman membanjiri
Semakin lama, renungan hati selalu terlibat   
Semakin lama, sesal beribu sesal
Semakin lama, kepasrahan semakin nyata.

Mengapa?
Ada apa denganmu ibu pertiwi?
Ada apa?

Apa perbuatan buruk sudah melampaui batas?
Atau ke angkuhan sudah tidak terkira?

Ibu pertiwi,
Tertanam besar, harapan kecil penuh suka cita, dioles sedikit butiran air mata kesedihan.

Sang Kuasa sangat sayang denganmu, Ibu Pertiwi.
Sang Kuasa sangat melirikmu, Ibu Pertiwi.
Sang Kuasa sangat ingin, tumpuan insanmu bukan lagi hanya kalimat rangkaian indah.

Terus lakukan perangkulan pasukanmu,
Ingatkan selalu rakyatmu.

Bahwa,
Tidak selamanya sepasang kaki berpijak di atas bumi.
Bahwa,
Tidak selamanya jiwa raga selalu menemani.
Dan, bahwa,
Tidak selamanya Ibu Pertiwi hadir untuk menjadi penompah kehidupan.

Karna sudah sepantasnya
Jiwa raga menjaga kesetian dengan Sang Pencipta
Karna sudah sepantasnya
Ibu pertiwi bukan lagi sorotan utama.

Terus memohon dan memohon,
Agar Ibu Pertiwi selalu dalam lindungan dan keberkahan dari Sang Maha Kuasa.


Kota Patriot, 23 Desember 2018


Rakyat kecil Ibu Peritiwi.

Comments

Popular posts from this blog

IBU PERTIWI, CAHAYA NEGERIKU

I NDONESIA. 1.340 suku bangsa, 17.504 pulau, 546 bahasa. INDONESIA. Negeri indah tempat berpijak, negeri indah akan segala kekayaan didalamnya. Damai, tentram, aman, sejahtera, sentosa, adil, dan makmur. Itulah janji yang sering terucap oleh seluruh elemen pemimpin negeri Ibu Pertiwi dimanapun berada.  Tetapi.. Apakah itu semua sudah teratasi? Apakah itu semua sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia? Jawabannya? Beraneka ragam. Ada yang sudah merasa sangat menikmati segala janji, ada yang hanya merasakan sebagian, merasakan salah satunya, dan tidak sedikit pula yang belum sama sekali merasakan janji- janji yang terkesan sangat meyakinkan yang sering kali terucap melalui bibir para pemimpin Ibu Pertiwi.   Tahun 2019, tepatnya pada 17 April 2019, akan menjadi hari paling bersejarah ke- 8 bagi seluruh masyarakat Indonesia. Mengapa tidak? pemilihan pemimpin nomor satu di Indonesia akan kembali digelar 2 bulan lagi. Masa depan Negeri Ibu Pertiwi a

DEMI MAIL, AKU RELA

Perkenalkan, Namaku Udin. Udin Simarudin. Umurku saat ini sudah berkepala enam, tapi semangat dan keceriaanku tak kalah dengan kaum muda berkepala dua. Aku tidak hidup seorang diri, ada anak semata wayangku satu-satunya yang menjadi alasan utama mengapa aku harus semangat dan ceria. Istriku, orang yang paling kucintai lebih memilih jalan kehidupan lain. Dia bilang, hidup bersamaku membuat kulit tidak terawat, tidak pernah pakai baju bagus, tidak pernah makan makanan bergizi, ditambah, dia tidak mau mengurus anak yang tiada habisnya. Jadi, istriku memutuskan pergi meninggalkan aku dan anakku, Mail yang masih berumur satu bulan. Bagaimana kabarnya saat ini? entahlah aku tidak tahu. Karena dia benar-benar pergi tanpa meninggalkan jejak setitikpun kepadaku. Sedih? sudah pasti. Rindu? apalagi. Tapi apa daya, lelaki miskin harta seperti aku tidak bisa menjanjikan apa-apa. Jadi, waktu itu, lebih baik aku mengalah dan menghargai keputusan yang dibuat oleh istriku. Setelah menyaksikan keper

BUNGA MANIS

Hai, perkenalkan. Neneng, sahabatku (depan).   Bisa dibilang dia adalah bunga hidupku.  Setelah keluarga tentunya, dia adalah teman yang paling aku sayangi dan kulindungi. Aku tidak pernah menyangka akan sedekat ini dengan dia.  Awal pertama kali dikelas, dia sangat pendiam. Duduk di depan, belajar, dan selalu   memperhatikan dosen yang sedang mengajar. Pokoknya, dia rajin layaknya mahasiswa pintar dikelas.  Sedangkan aku, aku seperti biasa, berisik, cerewet, bercanda, pokoknya haha hihi adalah ciri khasku.  Aku tidak begitu ingat hari, dan jam kejadian itu, tetapi kalau kapan, aku sedikit ingat, yang jelas baru semester awal kami memasuki dunia perkuliahan yang meriah dan dipenuhi dengan kegembiraan. Saat itu, aku ke toilet sendiri. Setelah itu aku bercermin. Aku menanyakan pertanyaan ini kepada diriku sendiri. " itu orang ko diem banget sih, aneh. ngga ada ekspresinya sama sekali, gimana mau kenalan coba, orangnya diem kaya gitu". Kuucap sambil ber